Perkembangan kapal induk Cina adalah salah satu kisah paling menarik dalam strategi militer maritim abad ke-21. Dari hanya memiliki satu kapal induk bekas Soviet yang direstrukturisasi menjadi sebuah kekuatan angkatan laut yang mampu membangun kapal-kapal induk canggih secara mandiri, perjalanan Cina mencerminkan ambisi global mereka dan komitmen untuk menjadi kekuatan maritim kelas dunia. Transformasi ini bukan hanya simbol kekuatan militer, tetapi juga cerminan kemampuan teknologi dan rekayasa yang pesat dari negara tersebut, mengubah lanskap geopolitik, terutama di kawasan Indo-Pasifik.
Liaoning: Langkah Awal Menuju Kekuatan Maritim (Type 001)
Perjalanan Cina di arena kapal induk dimulai dengan akuisisi kapal induk kelas Kuznetsov yang belum selesai dari Ukraina pada tahun 1998. Dikenal awalnya sebagai Varyag, kapal ini dibeli dengan dalih untuk diubah menjadi kasino terapung, namun akhirnya dibawa ke Dalian, Tiongkok, untuk direhabilitasi dan diselesaikan sebagai kapal induk militer. Setelah bertahun-tahun menjalani perombakan dan pembangunan kembali secara ekstensif, kapal ini diluncurkan kembali pada tahun 2012 sebagai Liaoning, dengan nomor lambung 16.
Liaoning secara resmi menjadi kapal induk pertama Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) dan menandai tonggak sejarah penting. Meskipun peran utamanya adalah sebagai kapal pelatihan untuk mengembangkan prosedur operasional, melatih pilot, dan menguji sistem, Liaoning telah memberi PLAN pengalaman tak ternilai dalam mengoperasikan sebuah kapal induk. Kapal ini menggunakan sistem STOBAR (Short Take-Off But Arrested Recovery) dengan dek lompat ski untuk peluncuran pesawat, yang membatasi kapasitas muatan bahan bakar dan persenjataan pesawat J-15-nya. Namun, dari Liaoning lah, Cina mulai membangun fondasi doktrin kapal induknya, menyiapkan personel dan infrastruktur yang diperlukan untuk armada masa depan.
Shandong: Karya Domestik Pertama (Type 002)
Hanya lima tahun setelah Liaoning ditugaskan, Cina meluncurkan kapal induk kedua mereka, Shandong, pada tahun 2017, dan secara resmi menugaskannya pada tahun 2019. Dengan nomor lambung 17, Shandong adalah kapal induk pertama yang sepenuhnya dibangun di Cina. Ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam kemampuan rekayasa dan manufaktur negara tersebut.
Pada dasarnya, Shandong adalah peningkatan dari desain Liaoning, meskipun masih mempertahankan konfigurasi STOBAR. Peningkatan utamanya meliputi:
- Desain yang Dioptimalkan: Tata letak dek penerbangan lebih baik, memungkinkan ruang parkir dan penyimpanan pesawat yang sedikit lebih banyak.
- Peningkatan Kapasitas Angkut: Shandong diperkirakan dapat membawa jumlah pesawat yang sedikit lebih banyak daripada Liaoning (sekitar 36 pesawat tempur J-15 dibandingkan 24 pada Liaoning).
- Sistem Elektronik yang Modern: Integrasi radar dan sistem tempur yang lebih canggih, mencerminkan kemajuan teknologi Cina.
- Peningkatan Kemampuan Operasional: Sejak awal dirancang sebagai kapal tempur, Shandong diharapkan memiliki kinerja operasional yang lebih baik dan dapat berlayar lebih jauh dari Liaoning.
Keberadaan Shandong menegaskan komitmen Cina untuk memiliki setidaknya dua kelompok tempur kapal induk, memungkinkan satu kapal beroperasi sementara yang lain menjalani perawatan atau pelatihan.
Fujian: Lompatan Teknologi dan Kekuatan Proyeksi (Type 003)
Kapal induk ketiga Cina, Fujian (Type 003), dengan nomor lambung 18, diluncurkan pada Juni 2022 dan merupakan lompatan kualitatif yang monumental. Fujian adalah kapal induk pertama di luar Amerika Serikat yang dilengkapi dengan sistem peluncuran pesawat elektromagnetik (Electromagnetic Aircraft Launch System – EMALS), dibandingkan dengan steam catapult yang digunakan oleh Perancis atau sistem STOBAR.
Adopsi EMALS pada Fujian memiliki implikasi besar:
- Kapasitas Muatan Lebih Besar: Pesawat dapat diluncurkan dengan muatan bahan bakar dan persenjataan yang lebih berat, memperluas jangkauan dan daya tembak mereka.
- Fleksibilitas Pesawat: EMALS memungkinkan peluncuran berbagai jenis pesawat, termasuk pesawat peringatan dini udara (AEW) yang lebih besar dan berat seperti KJ-600, serta pesawat tempur tanpa awak di masa depan, yang tidak mungkin dilakukan dengan konfigurasi ski-jump.
- Tingkat Peluncuran Lebih Cepat: EMALS berpotensi memungkinkan pesawat diluncurkan lebih cepat dibandingkan dengan sistem steam catapult, meningkatkan tempo operasional.
- Ukuran dan Perpindahan yang Lebih Besar: Fujian memiliki perpindahan sekitar 80.000 ton (penuh), menjadikannya kapal perang terbesar yang pernah dibangun Cina dan setingkat dengan kapal induk kelas Ford AS, meskipun Fujian menggunakan propulsi konvensional.
Fujian adalah simbol nyata dari blue-water navy yang ambisius dari Cina, yang mampu memproyeksikan kekuatan secara global. Kapal ini menandai era di mana Cina dapat bersaing secara teknologi dengan angkatan laut terkemuka dunia.
Implikasi dan Masa Depan Perkembangan Kapal Induk Cina
Perkembangan kapal induk Cina memiliki dampak geopolitik yang signifikan. Dengan tiga kapal induk yang beroperasi atau dalam tahap pengujian, Cina semakin memperkuat klaimnya di Laut Cina Selatan dan meningkatkan tekanan terhadap Taiwan. Kemampuan proyeksi kekuatan mereka tidak lagi terbatas pada garis pantai mereka sendiri, tetapi bisa menjangkau wilayah yang lebih luas, termasuk Samudra Hindia dan Pasifik.
Masa depan armada kapal induk Cina diperkirakan akan mencakup pembangunan lebih banyak kapal induk Type 003 atau bahkan Type 004 yang kemungkinan akan bertenaga nuklir. Targetnya adalah memiliki antara empat hingga enam kapal induk pada pertengahan abad ini. Kapal induk bertenaga nuklir akan memberikan daya tahan dan jangkauan yang lebih jauh tanpa perlu sering mengisi ulang bahan bakar, sebuah keunggulan krusial untuk operasi di laut lepas dan proyeksi kekuatan global.
Namun, mengoperasikan kelompok tempur kapal induk (Carrier Strike Group – CSG) adalah tugas yang sangat kompleks. Dibutuhkan bukan hanya kapal induk itu sendiri, tetapi juga kapal perusak canggih, fregat, kapal selam, kapal pendukung logistik, dan yang paling penting, pilot dan kru yang terlatih dengan sangat baik. Cina masih dalam tahap awal membangun pengalaman operasional CSG dibandingkan dengan Angkatan Laut AS yang telah memiliki pengalaman puluhan tahun. Tantangannya meliputi:
- Pelatihan Pilot: Melatih pilot untuk lepas landas dan mendarat di kapal induk (terutama menggunakan EMALS) sangat menantang dan memakan waktu.
- Integrasi Sistem: Mengkoordinasikan berbagai kapal dan pesawat dalam satu CSG membutuhkan latihan dan prosedur yang ekstensif.
- Logistik dan Pemeliharaan: Mendukung operasi kapal induk yang jauh dari pangkalan membutuhkan jaringan logistik yang besar dan kemampuan pemeliharaan yang kuat.
- Pengembangan Pesawat: Cina terus mengembangkan pesawat tempur J-15B dan pesawat tempur siluman J-35 berbasis kapal induk untuk melengkapi armada mereka, serta drone canggih.
Konflik Laut Cina Selatan: Situasi Terbaru Tahun 2025 — membuka konteks terkini tentang eskalasi dan manuver maritim di kawasan yang menjadi area operasi utama armada kapal induk Cina.
Paragraf ini memperkaya pembahasan implikasi strategis Fujian dan penguatan CSG Cina terhadap peta kekuatan Indo-Pasifik, sehingga pembaca mendapat referensi lintas-sumber yang netral dan informatif.
Dari sebuah kapal Soviet yang direkonstruksi menjadi desain konvensional domestik, dan kini ke kapal pembawa catapult elektromagnetik yang canggih, perkembangan kapal induk Cina adalah bukti nyata ambisi mereka yang tak tergoyahkan. Setiap kapal induk baru tidak hanya menambah tonase pada armada PLAN, tetapi juga membawa kemajuan teknologi dan operasional yang signifikan. Meskipun masih ada tantangan besar yang harus diatasi, kemajuan pesat ini telah secara fundamental mengubah perhitungan kekuatan maritim global dan menandai munculnya Cina sebagai kekuatan laut yang tidak dapat diabaikan. Dunia akan terus mengamati dengan saksama bagaimana armada kapal induk Cina berkembang dan bagaimana hal itu akan membentuk tatanan dunia di masa depan.